Dosen, masa gitu!!
My Blog Dec 17, 2014
Dosen adalah pekerjaan mulia, dilakukan oleh orang-orang yang telah menempuh pendidikan pasca sarjana (rata-rata sih begitu). di atas pundak sang dosen, sebuah generasi muda dititipkan, mahasiswa dipercayakan untuk diajari banyak hal dan dimata orang tua, dosen itu sosok yang “wah wah wah”…
Dimata mahasiswa, sosok dosen identik dengan sosok yang menakutkan, harus dihormati, harus disanjung, selalu benar, tidak boleh dikritisi, kalau dosen lagi mengajar maka mahasiswa harus fokus mendengarkan dan sebagainya. efeknya, kita hanya menciptakan generasi yang paham sisi teori dan membentuk sifat senioritas, tidak mengedukasi mereka menjadi manusia yang bisa berpikir “best practice” dan berbaur dengan kemajuan jaman. mau sampai kapan?
Nahh, berikut ini sedikit curhatan mahasiswa dari beberapa kelas yang pernah saya ajar.
1. Pintar itu gak boleh sendirian.
rata-rata mahsiswa saya setuju, dosen itu gak harus jago/pintar sendirian, hal terpenting dari seorang dosen adalah mampu mentransfer knowledge yang dia miliki kepada mahsiswa. it’s the point, right? memang banyak dosen pintar, tetapi banyak juga yang pelit berbagi, masih ada pemikiran “takut dilangkahi oleh sang murid” atau “takut muridnya lebih sakti dari dia”.
Jangan sampai, kita sebagai dosen kalah dalam kemampuan mentransfer knowledge dibandingkan “mbah google”. google aja gak takut lu lebih jago dari dia.
2. Dosen bukan Superhero
Nahh ini yang harus dipahami oleh semua mahasiswa bahwa kami dosen bukan superhero yang bisa menjawab semua pertanyaan anda, terkadang dosen membutuhkan waktu untuk mencerna dan mengarahkan jawaban dari pertanyaan sulit tadi agar mudah dipahami/diterima oleh mahasiswa.
Namun, terkadang hal tersulitnya, bukan berada di sisi mahasiswa, tetapi didalam diri dosen itu sendiri. sering kali masih ada dosen yang merasa dia superhero, membasmi kebodohan seorang diri. Wake up man, jaman sekarang semua sudah serba terhubung, tidak mungkin anda membuat jejaring sosial dimana anda sendiri penghuninya. mau jadi apa?
3. Sebagai teman sharing & mentor dalam berdiskusi
Ketika saya berada dikelas, saya berusaha menempatkan diri menjadi teman sharing dan mentor diskusi, saya meletakkan fungsi alami manusia “sok jago, sok pintar, sok paling experience” dilevel paling bawah.
Ketika menjadi teman sharing, siapa saja bebas mengeluarkan pendapat dan opini mereka terkait kasus/materi yang dibahas dikelas dan ketika menjadi moderator, saya membiarkan mahasiswa berdebat dalam rule’s yang sudah disepakati dan kemudian menjadi mentor untuk melakukan closing debat tersebut. (istilah kerennya meluruskan yang bengkok)
Hal menarik dari “brainstorming” pada sesi diskusi adalah bahwa pendapat yang keluar tidak boleh dijudge, semua harus ditampung, baru nanti dibahas dan di filter mengikuti materi. sehingga, tidak ada yang takut untuk mengeluarkan pendapat. bayangkan ketika anda mengeluarkan suatu opini, lalu ada teman anda berkata “itu salah, menurut saya yang benar adalah bla bla bla…”. akan ada rasa malu, takut untuk berbicara dan akhirnya orang tadi berubah menjadi pendengar saja.
4. Tugas yang gak masuk akal
Tugas ibarat nasi dalam menu makanan kita, wajib ada setiap hari. Namun, bagaimana bila nasinya kebanyakan? bisa menjadi tidak habis atau kalau dipaksakan, anda akan seperti bebek yang kekenyangan. mau?
Saya berpikir, tugas itu gak harus banyak, quiz itu gak harus 10 soal, cukup 1 tugas kecil yang ada relasinya dengan materi dan mengasah kemampuan mahasiswa dari sudut pandang yang berbeda. Mereka juga tidak harus membuat jawaban 1 lembar, 5 baris saja cukup, yang penting “nyambung”.
5. Teori dikelas : Beras > Nasi, namun soal ujian : Membuat nasi goreng.
Hahahaha, memang harus demikian, kalau soalnya sama dengan yang diajarkan dikelas, maka anda akan menjadi mahasiswa pintar teori, namun kreatifitas dan intuisi anda akan mati.
Pada tahap diatas, dosen sudah tepat, mengajarkan mahasiswa untuk langkah pertama, selanjutnya harus harus dilakukan & dicoba oleh si mahasiswa, agar mahasiswa tadi mendapatkan “experience menuju best practice”.
Hal paling konyol, bila dosen bertanya “dari masa asal usul padi”, nah silahkan buka kitab masing-masing deh.
6. Dosen yang merasa selalu sempurna.
Ada, pasti ada. kenapa bisa begitu? seperti yang sudah saya singgung di poin-3, bahwa sifat alami manusia selalu ada, namanya juga manusia, namun sejauh mana dosen tersebut meletakkan level “egoisnya” ketika proses belajar-mengajar dikelas.
Kadang ya, dosen ingin mahasiswa menjawab sempurna mengikuti poin-poin teori didalam buku, karena dia mengajar dengan cara yang sempurna. Hmm, paling 1 dari 100 mahasiswa pintar yang bisa melakukannya. atau kalau soal ujian bocor, semua mahasiswa akan menjadi sempurna.
Dosen tidak bisa dikritik, tidak boleh keluar dari jawaban yang dia tentukan, harus selalu sesuai kemauan dosen… dsb dsb, akhirnya terbentuklah generasi “yang jago berteori” namun gagal bertahan dalam “seleksi alam”.
… tetapi, dari semua hal diatas, yang paling penting adalah, kita sebagai dosen harus bijak menempatkan posisi kita, kapan menjadi teman dan kapan menjadi dosen. jangan karena anda terlalu lembek/baik, maka mahasiswa melecehkan anda atau sebaliknya, mendengar nama anda saja, mahasiswa sudah merasa “udah lah, gw ngulang aja semester depan”.
Bijaklah menjadi dosen, karena yang anda bentuk adalah generasi penerus anda, jangan membawa nasib “apes” dimasa lalu anda, agar mahasiswa merasakan hal yang sama… Move on!!
About ROLLES HERWIN – Business Development | Startup Development | Loyalty Program
The life of a project, from conception to execution, is a passion of mine. From a simple Tweet to an entire undertaking of a new department, I enjoy it all.
I am passionate about product development, startup development, creating product from concept and teaching.
I can be reached at hello@rollesherwin.com or 0813.30.632.632 .
PictureCredit : http://www.denin.udel.edu/
Published at LINKEDIN.COM