Interview, sebuah cerita di pagi hari
My Blog Aug 10, 2015

Rasanya, hampir setiap orang yang bekerja pernah menjalankan ritual “wawancara” atau istilah kerennya interview. kadang interview, menjadi hal yang paling ditunggu oleh mereka yang sangat ingin bekerja atau ingin pindah kerja, namun bagi sebagian orang yang masih pertama kali interview sekalipun sudah expert, hal tersebut tetap menjadi bagian yang “menakutkan”.
Alkisah disuatu sore, dering telepon berbunyi dari nomor tidak dikenal, ternyata head hunter yang menawarkan sebuah posisi diperusahaan ternama, jobdesknya sangat baru buat gw, tetapi menantang. Akhirnya, gw terima saja tawarannya, jadilah interview dipagi hari.
Sebagai orang yang baru memiliki 1x pengalaman interview, gw berusaha mencari tahu apa lagi yang di inginkan oleh perusahaan ini dan tentu saja kisi-kisi pertanyaan HR. biasanya sih, gw yang menginterview orang dan proses itu sudah rutin gw lakukan beberapa tahun, tapi sekarang, gw yang di interview.
Hari intrerview pun tiba, gw membawa salinan resume gw. datang ke kantor dengan bermodalkan celana jeans, kemeja lengan panjang dilipat, sesuai dengan permintaan end-user dari kantor tersebut.
wawancara pun dimulai, kurang lebih begini percakapannya (gw : rolles, xy : interviewer)
gw : pagi bu, saya rolles herwin, senang bertemu dengan ibu xxx
xy : pagi pak rolles, mau kopi teh? snack juga boleh
gw : kopi boleh bu.
gw : ini resume saya bu, silahkan
xy : gak usah pak, saya punya salinannya.
//learning : ternyata “membawa resume tidak mutlak dalam wawancara”
xy : silahkan pak kopinya, ini gulanya kalau kurang.
gw : siap, saya seduh dulu ya bu.
// gw tau si ibu ini memperhatikan gw dengan seksama, apa yang gw lakukan dengan kopi itu. dia memperhatikan dengan detil (apakah ini test pertama? who knows).
xy : kalau minum kopi, gulanya selalu dua sendok teh ya pak?
gw : ngga sih bu, tergantung tipe kopi, mood dan maunya lidah seperti apa hehe.
//learning : perhatikan apa yang anda lakukan ketika berada di ruang interview.
xy : great, oke perkenalkan nama saya xxx sebagai senior VP, bla bla bla…
//panjang lebar beliau menceritakan semua dengan detil, terstruktur, tanpa interupsi dan tanpa teks. gw cuma mengangguk tanda paham dan sesekali berkata “woow, cool, great, awesome, waw, mantaap”. semoga saja kata-kata itu mempengaruhi faktor penerimaan…..
//dan 25 menit pun berlalu.
xy : nah sekarang giliran pak rolles yang bertanya, silahkan
//matilahh, bukannya dia yang harus bertanya dan gw menjawab, gw harus bertanya apa yang dia jelaskan barusan atau apa ya?
gw : plan jangka panjang divisi ini apa bu? kenapa harus bla bla bla
//gw pun mengeluarkan 9-12 pertanyaan…. tik tik tik tik, tidak terasa sudah 35 menit.
//learning : belajarlah mengubah jawaban menjadi pertanyaan, hidup itu harus fleksibel.
xy : ada pertanyaan lagi?
gw : ibu gak bertanya ke saya, kan biasanya wawancara, saya yang di tanyain bu?
xy : terlalu standar, anda pasti sudah mempersiapkan jawabannya, kalau sekarangkan, anda bertanya karena tidak tahu jawabannya dan ini sekaligus untuk mencari tahu, seberapa ideal anda untuk perusahaan kami. dari cara anda berpakaian sesuai request saya, cara anda minum dan menyeduh kopi tadi, cara anda bertanya, itu jauh lebih berharga daripada anda saya bertanya ini itu dengan template jawaban anda googling, right?
gw : betul sekali bu, jujur saya terpukau dengan metode ini.
//learning : kita lebih siap untuk ditanya daripada bertanya, itulah mengapa ketika gw mengajar dikelas “yg mau bertanya hanya sedikit”, mereka lebih siap untuk ditanya, tapi ketika ujian tetap aja mereka gak siap, entah kenapa.
xy : ada lagi yang ingin anda ketahui tentang saya dan perusahaan ini?
gw : rasanya saya sudah mendapatkan banyak jawaban, ibu yang lebih banyak melakukan selling dibandingkan saya. serius saya tidak ditanyain bu?
xy : metode ini sudah saya terapkan dalam beberapa bulan terakhir dan efektif, perusahaan harus menjelaskan dirinya dengan detil agar calon karyawan paham kondisi perusahaan, sehingga calon karyawan tahu nanti dia harus melakukan apa.
//learning : kenali perusahaan yang akan anda tuju, karena anda yang harus beradaptasi terlebih dahulu, bukan perusahaan.
gw : bila kandidat terbaik kalian memutuskan tidak bergabung saat ini, apa yang kalian lakukan bu?
xy : melakukan seleksi kembali dari awal, buka lowongan, filter dan finalisasi. proses seperti ini lagi
gw : kenapa tidak memilih kandidat kedua?
xy : jangan mengganti rotan dengan akar, nanti hasilnya tidak maksimal.
//learning : jangan terlalu memegang teguh pepatah lama, evolusi sudah jauh meninggalkan kita.
gw : sepertinya saya paham prinsip itu hehehe. baik bu, saya sudah cukup sepertinya.
xy : baiklah, terima kasih untuk waktunya, kami akan konfirmasi hasilnya 2 minggu kedepan
…
Kebanyakan perusahaan sibuk menelanjangi pelamar kerja, sementara mereka tidak membuka diri terhadap calon karyawan, mungkin mereka berpikir bahwa pelamarlah yang membutuhkan mereka, padahal dalam prakteknya, perusahaan yang membutuhkan karyawan, karena mereka yang memasang iklan “dicari/urgent/ dibutuhkan segera”.
Dengan membiarkan pelamar bertanya bebas, kita bisa menggali potensi, minat dan ketertarikan mereka terhadap perusahaan, bila anda jeli, anda akan paham “attitude” mereka dalam waktu singkat.
About ROLLES HERWIN – Business Development | Startup Development | Loyalty Program
The life of a project, from conception to execution, is a passion of mine. From a simple Tweet to an entire undertaking of a new department, I enjoy it all.
I am passionate about product development, startup development, creating product from concept and teaching.
I can be reached at hello@rollesherwin.com or 0813.30.632.632 .