
Ketika anda tiba disebuah kota/tempat yang baru pertama kali anda singgahi, apa yang akan anda lakukan untuk mencari tahu menu makan siang/makan malam yang enak? browsing di internet? membaca ulasan dari wisatawan lainnya? mengikuti saran teman? lihat kemewahan tempatnya, semakin mahal berarti enak? yang paling banyak like di sosial media? atau mungkin mencari restoran yang banyak pengunjungnya? kira-kira apa pilihan anda?
Ini cuma contoh cara memilih dari fenomena yang jauh lebih luas. Orang sering meniru hal yang ada disekeliling mereka. orang berpakaian dengan gaya yang sama seperti yang dipakai oleh teman mereka, memilih hidangan yang disukai pengunjung lain dan bahkan memilih warna tertentu agar terlihat tidak ketinggalan jaman.
Mengapa kita cenderung meniru apa yang dilakukan orang lain? mungkin sebagai bentuk pilihan informasi, karena kita tidak mengetahui jawaban mana yang benar, meskipun mengandalkan naluri, kita tidak sepenuhnya yakin. Jadi untuk memudahkan pemecahan ketidakpastian itu, kita sering melihat hal yang dikerjakan oleh orang lain dan mengikutinya, dengan asumsi kalau orang lain saja melakukan itu pasti karena alasan yang bagus atau mungkin mereka mengetahui sesesuatu yang tidak kita ketahui.
Psikolog menyebut gagasan itu dengan istilah “bukti sosial“, itu sebabnya barista dan bartender mengisi toples “tips” dengan beberapa lembar uang mereka. jika toples uang tips itu kosong, pelanggan akan berasumsi “bahwa pelanggan lain juga tidak memberikan tips”, sehingga dia melakukan hal yang sama. Namun sebaliknya, bila toples uang tips tadi terisi, maka pelanggan yang datang juga akan berpikir “orang lain juga memberikan tips, kalau begitu mari kita berikan tips juga”.
Dalam sebuah penelitian lainnya, “bukti sosial” juga berperan dalam perkara hidup dan mati. Misalnya saja di Amerika ada sekitar 40,000 orang yang antri untuk mendapatkan donor ginjal demi menyambung hidup mereka, bayangkan seorang pasien yang berada di antrian ke-100 dan masih harus menunggu berbulan-bulan lagi. namun tiba-tiba pasien tersebut mendapatkan penawaran untuk ginjal yang berpeluang sesuai, menurut anda pasien itu akan mengambilnya? hasil penelitian membuktikan 97,1% menolak. Mengapa? mereka pasti berpikir “pastilah ginjal ini sudah di tawarkan ke orang dengan antrian pertama, antrian kedua dan seterusnya, jadi sudah pasti 99 orang menolak, mungkin saja ginjal ini kurang bagus dan kualitas rendah. kalau 99 orang saja menolak, apa alasan saya untuk menerima?”. Pasien lebih penasaran dengan alasan “kenapa pasien lain menolaknya” daripada berpikir “mungkin ini cocok untuk saya”.
Demikian halnya terjadi didunia pendidikan, misalnya mahasiswa S1 di jurusan tehnik informatika, ketika memilih jurusan tersebut, ambisi dan cita-cita mereka beragam, namun menjelang tahun kelulusan, ambisi dan cita cita mereka lebih homogen dan terkonsentrasi. Memang bisa saja mereka mendapatkan banyak pengalaman dan masukan setelah tahun ke-3 berada di kampus, namun sebagian besar penggiringan yang homogen tadi lebih karena faktor sosial (bukti sosial). Bagaimana anda bisa masuk kelas Database ketika anda lebih menyukai Software Enginger, apakah karena peminatan Database terlihat keren? lebih elit karena lebih banyak cewe cantik didalamnya? atau karena “hampir semua mahasiswa ingin masuk ke jurusan tersebut?”.
Ungkapan terkenal “monkey see, monkey do“. merangkum lebih dari sekedar kecenderungan manusia untuk meniru, orang hanya bisa meniru ketika melihat apa yang sedang dikerjakan orang lain. Mungkin mahasiswa dalam kasus diatas sebenarnya “ingin” menolak masuk kedalam kelas Database, namun melakukannya karena terlihat itulah yang dipilih oleh temannya.
Namun “bukti sosial” ini tidak berdampak pada pilihan-pilihan yang bersifat pribadi dan tak terlihat, seperti warna kaus kaki, pasta gigi dan sabun mandi. Tidak ada yang peduli anda menggunakan kaus kaki merek apa, atau apa pasta gigi favorit anda, namun lain hal dengan kendaraan, anda bisa melihat dengan jelas tetangga anda menggunakan kendaraan merk apa, sehingga anda memiliki kecenderungan “untuk membeli kendaraan yang sama”.
Jadi apakah anda sudah yakin “restoran yang ramai itu pasti enak?”.
image source here
Special Thanks to J.Berger
About ROLLES HERWIN – Human Resourse | Startup Development | Teaching
The life of a project, from conception to execution, is a passion of mine. From a simple Tweet to an entire undertaking of a new department, I enjoy it all.
I am passionate about product development, startup development, data management and teaching.
I can be reached at hello@rollesherwin.com or +62.813.20.632.632 .