Apakah kabar Kubu Cebong dan Kampret?
My Blog Nov 04, 2019
Sore sambil nunggu macet mencari, kita ketak ketik dulu yukk…
Sejak memasuki masa kampanye presiden 2019, rakyat kita semua fokus pada sang calon presiden, hanya 2 kandidat yang berlaga pada akhirnya, yakni Prabowo Subianto dan Joko Widodo. namun entah mengapa energi semua manusia di Indonesia, fokus pada kedua orang tersebut, sampai-sampai kita lupa “siapa kandidat wakil rakyat yang sebaiknya kita pilih agar pemerintahan bisa berjalan dengan balance, memberikan hasil yang maksimal dan dapat dipertanggun jawabkan”.
Dikala kampanye ramai, masyarakat pun terpecah dalam 2 kelompok manusia, aliran Kampret (konon ini adalah pendukung Prabowo) dan aliran Cebong (mitosnya ini pendukung Jokowi). perbedaan ini tidak hanya sampai dilevel pilihan presiden, namun dampaknya sampai kedalam kehidupan sosial, bahkan komunitas-komunitas hobi yang sebelumnya tentram, berubah menjadi tempat ribut, semua menonjolkan kelebihan calon yang didukungnya, sampai-sampai persaudaraan dan urusan bisnis ikut berantakan dibuatnya.
Namun, setelah Prabowo dirangkul oleh Jokowi untuk ikut membantunya didalam kabinet yang baru, kemana pendukung Prabowo lari? sepadankah perpecahan, pertumbahan dan keributan yang timbul akibat pola pandang masyarakat di akar rumput yang kacau balau? mereka elit politik dengan elegan bersatu dan melihat visi yang lebih besar untuk memajukan bangsa ini, namun tidak demikian didalam masyarakat, rasa benci antar kubu sudah terlanjur tertanam, permusuhan sudah di kumandangkan dan julukan Cebong dan Kampret sudah terlanjur melekat.
Dan yang paling baru, adalah aliran “Kadrun alias kadal gurun”, apakah eksistensi Kadrun ini sebagai bentuk bahwa perpecahan kubu ini belum usaia? entahlah.
Saya hanya berharap masyarakat lebih bijak dan dewasa dalam memberikan dukungan politik, biasanya politik itu fleksibel dan dinamis, berubah kapanpun, tidak ada musuh abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Bagi elit politik, mengubah peta dukungan bukan hal yang aneh dan ini lazim mereka lakukan, namun dimasyarakat, “rasa malu sudah tertanam didalam pikiran masing-masing”….
Semoga Indonesia semakin dewasa dalam berpolitik…
Tamat!!!